Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran Undang Sohbarudin mengatakan sekitar 12 negara akan ikut berpartisipasi dalam event tersebut. Mereka berasal dari Macau, Filipina, Thailand, India, Hungaria, Mongolia, Malaysia dan lain-lain. ”Masyarakat sekitar pun ikut memeriahkan festival ini, antusiasnya sangat luar biasa,” ucap dia kepada Radar, Jumat (12/7).
Selain itu, dari luar pulau jawa sebanyak 18 komunitas dari 18 Kabupaten/Kota akan terlibat dalam festival terbesar di Pangandaran tersebut. ”Mereka datang ke sini ada yang grup maupun perorangan,” ungkap dia.
Dari Pemkab Pangandaran, kata dia, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) juga akan ikut serta, mereka siap menerbangkan layang-layang hasil kreasinya.
”Ya ikut memeriahkan, karena kegiatan ini event yang selalu ditunggu- tunggu,” tuturnya.
Ketua Perhimpunan Layang-layang Pangandaran (Perlap) Kokos Koswana mengatakan venue Lapang Katapang Doyong Pantai Timur Pangandaran dikenal sebagai lokasi terbaik bermain layang-layang di Indonesia.
“Lokasi kita ini diakui pelayang dari luar negeri, venue terbaik dengan angin yang bagus dan lokasi yang indah karena berada di pinggir pantai,” ujarnya kepada Radar.
Kokos menjelaskan banyak pelayang yang senang diundang menghadiri festival layang-layang di Pangandaran. “Kita sudah terjalin persahabatan dengan para pelayang, tidak hanya dari dalam negeri, namun pelayang dari luar negeri. Biasanya saling mengundang jika ada event layang-layang di daerahnya, termasuk saya juga sering diundang ke luar negeri,” papar dia.
Selain negara-negara di Asia seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Cina, Jepang dan lainnya, Kokos beberapa kali mengunjungi negara-negara di Eropa dan Amerika.
Di Pangandaran sendiri, kata dia, perhelatan festival layang-layang sudah digelar sejak tahun 1990-an, bahkan menjadi agenda rutin event pariwisata. “Layang-layang sudah sangat akrab dan melekat di masyarakat, bahkan dulu sudah menjadi satu budaya masyarakat nelayan, ketika musim paceklik anak-anak dan orang tua banyak menghabiskan waktu bermain layang-layang, sekadar melepas kejenuhan,” jelasnya.
Sebelum berkembang layang-layang berbahan fiber dan parasit, sambung Kokos, layang-layang tradisional dulu dibuat dari daun parasit tumbuhan yang dikenal masyarakat Pangandaran dengan nama Kadaka. Biasanya, banyak ditemukan di hutan. Kemudian, berkembang dengan layang-layang yang terbuat dari bambu dan kertas. “Kebiasaan ini dipandang menarik dan akhirnya menjadi event wisata dan dilombakan sampai saat ini,” kata dia.
Ketua Panitia Penyelenggara M Yusuf berharap kegiatan Pangandaran International Kite Festival menjadi daya tarik wisata yang mampu meningkatkan pendapatan daerah. “Event ini harus terus dipertahankan karena menarik bagi wisatawan, di samping mempertahankan tradisi,” ucapnya.
Salah seorang wisawatan asal Garut, Muhamad Yusuf (34) mengaku antusias dengan festival layang-layang tersebut. ”Saya udah dua kali datang ke festival ini, banyak layang-layang yang bagus sekali,” pungkasnya. (den/nay)